Langit Yang Tak Pernah Biru

"Apa yang lebih jahat dari orang jahat?" Tanyanya, menarik sudut bibirnya, membentuk senyum santai.

Kini giliran biru yang terdiam, pemuda itu menatap langit malam. Melihat banyaknya bintang bertebaran di mana-mana, memberi kesan indah. Namun, juga damai di saat yang bersamaan.

"Gue tau." Biru menyugar rambutnya, bersiap ingin menang.

"Apa?"

"Orang baik!" Sahutnya bersemangat.

Alis Orion berkerut, tatapannya berubah heran. Mulutnya terbuka bingung sekaligus penasaran.

"Bentar, kok orang baik?"

Biru bersedekap dada, kepalanya mendongak, menikmati terpaan angin dan suara aliran deras air di bawah sana.

"Benerkan? Sejahat-jahat nya orang jahat. Akan lebih jahat lagi orang baik. mereka berubah bukan karna mau. Tapi karna.." hening sejenak, dia menghembuskan nafas panjang.

"Keadaan."

Orion tertawa kecil. Ia memandang biru dari samping, menangkap bagaimana sosok sahabatnya yang saat ini bersamanya. Secercah rasa takut memeluknya bagaikan selimut.

"Dan lo-pernah mimpi jadi orang jahat itu?" Kata-kata itu keluar tanpa diminta, meluncur seperti punya tujuannya sendiri.

Biru segera menggeleng, ia ikut tertawa. Seakan menganggap penuturan Orion hanya sebatas candaan-tak lebih.

"Nggak lah!" Jawabnya tak mengalihkan pandangannya dari langit malam.