Semua orang melihatnya sebagai bintang. Aldean Danadiaksa, sosok yang berdiri di atas panggung dengan sorakan ribuan orang, senyum terang, dan mimpi yang berhasil diwujudkan.
Tapi di balik cahaya itu, ada luka yang tak pernah benar-benar sembuh. Sejak kecil, Aldean tumbuh tanpa pelukan hangat orang tua, tanpa telinga yang mau mendengar. Ia terbiasa disalahkan, dibandingkan, bahkan dikucilkan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi rumah baginya.
"Mah, aku cuma ingin kamu dengar aku. Sekali saja."
Ini bukan kisah tentang ketenaran, melainkan perjalanan seorang anak yang berjuang melawan sepi, luka, dan rasa tak dianggap - hingga akhirnya membuktikan bahwa dirinya layak bersinar, meski tanpa dukungan dari rumah yang seharusnya.