Lihatlah Bumi Palestina...
Diantara puing-puing reruntuhan bangunan,
terdengar suara- suara mungil melantunkan Ayat Suci Al-Qur'an.
Dibawah langit yang selalu kelabu di kala pagi,
ada para pemuda mujahid yang gagah dan berani.
Diantara suara - suara dentuman ledakan,
ada wanita-wanita yang lisannya tak pernah berhenti menyebut nama Allah Sang Rahman.
Seraya mengelus kepala para buah hatinya yang merengek dan kelaparan.
Dibawah tenda - tenda perlindungan yang kurang memadai,
Ada suara - suara rakyat yang bersama berdo'a mengamini harapannya setiap hari.
Terancam sana sini...
Tapi tak pernah menyesali mereka terlahir di negeri yang begitu dikagumi.
Pesonanya memukai seluruh negeri, hingga banyak yang ingin menguasai.
Jika bukan karena janji Allah,
Bagaimana mungkin mereka bertahan hingga saat ini?
Lihatlah Bumi Palestina sekali lagi..
Adzan berkumandang dengan penuh suara dan harapan.
Mereka mendatangi Rabbnya, sekali lagi, dengan prasangka baik tiap hari.
Burung - burung yang tak kuasa menahan kesedihan,
hinggap di jendela masjid kecil dan ikut mengaminkan.
Di teras- teras sudut bangunan itu.. ada anak - anak kecil yang telah berhasil menghafal Al- Qur'an.
Di usianya yang sangat muda, mereka tidak pernah takut mati.
Diantara banyak penindasan, serangan bertubi-tubi,
Palestina dan seluruh rakyatnya menjadi kesayangan Allah Rabbul 'Izzati.
Mereka benar-benar merdeka,
Karena hati yang selalu lapang dan menerima.
Mereka benar-benar merdeka,
Karena negaranya mempunyai satu tujuan dan mampu bekerjasama.
Mereka benar-benar merdeka,
Lantas, bagaimana dengan kita?
"Mami aku pengen punya adik kayak Kenzo."
Joshua, anak tunggal dari seorang direktur eksekutif ternama. Bocah 9 tahun yang begitu menginginkan hadirnya seorang adik ditengah-tengah keluarga kecilnya. Dapatkah kedua orangtuanya yang penuh ambisi dan pekerja keras itu mampu mewujudkan keinginan Joshua?
Mengingat kedua orangtuanya menikah karena perjodohan tanpa cinta.