Dunia itu bagaikan bayangan, menjauh ketika di kejar dan mengikuti ketika ditinggal.
Saat langit penuh suara perang dan bumi basah oleh pengkhianatan, Niswah menyerahkan takdir kecilnya pada seorang bocah yang pernah ia selamatkan. Askhia. Nama itu pernah ia genggam-sebelum dilepas, oleh janji yang tak sempat ditepati.
Ayah Niswah gugur sebagai syuhada, meninggalkan wasiat terakhir: "Khi, saya titipkan Niswah padamu."
Tapi Askhia terpaksa mengingkari, karena dunia dewasa lebih kejam dari impian anak-anak.
Bertahun-tahun kemudian,
Dua takdir bersilang kembali di jalan yang tidak mereka rencanakan. Askhia datang sebagai pengajar agama, dan Niswah jatuh cinta... pada seseorang yang diam-diam sudah pernah singgah di hidupnya.
Ia mengejar bayangan itu hingga ke bumi para ulama: Al-Azhar, Cairo. Tapi pencariannya tak menemukan akhir. Dan mungkin, sebagian rasa... memang ditakdirkan hanya untuk dicari, bukan dimiliki.
Ini bukan hanya kisah cinta. Ini tentang janji, luka, dan pesan yang belum sempat disampaikan.
Lala mengenal Libra sebagai gitaris band kampus sekaligus kakak tingkatnya yang tampan dan terkenal, serta memiliki banyak penggemar. Kemudian, teman-temannya bilang kalau Libra menyukai Lala dan sering memerhatikannya diam-diam. Berkenaan dengan hal itu, Lala pun merasa dirinya juga menyukai Libra. Didukung oleh teman-temannya untuk menyatakan perasaan, Lala akhirnya benar-benar mengajak Libra berpacaran.
***
Libra tak menyukai Lala. Kenal pun tidak. Namun ia kesal karena Lala terlalu mudah dibodohi, dan makin marah saat orang-orang yang membodohi Lala malah menyeret Libra ke dalam rencana mereka. Saat Lala dijebak untuk menyatakan cinta padanya di depan umum, Libra memilih menyelamatkannya dengan menerima gadis itu. Meski, lelaki itu menyesal setengah mati setelahnya. Selain Lala bukanlah tipenya, segala rencana berkencan yang Lala susun membuat Libra pusing tujuh keliling.
Baiklah, Libra akan bertahan sebulan. Dia akan mencari cara supaya Lala memutuskannya dan Libra bisa kembali ke kehidupannya yang tenang.