"Gley. Lo...Astaga gue nggak bisa lagi mau ngomong apa!!?" Gleyra hanya duduk diam di sofa. Gadis itu menghela napas berat bukan sepenuhnya salah dirinya juga. Bisa dibilang itu kecelakaan yang tidak terduga. Gleyra merebahkan kepalanya di sandaran sofa jika bisa keluar mungkin otaknya sudah keluar karena berpikir terlalu keras. Matanya menangkap Evie sahabatnya yang berkacak pinggang mencak-mencak karena ulahnya. "Evie gue yang dijamah kenapa lo yang pusing?" Evie langsung menghunus Gleyra dengan tatapan mata yang tajam. Bahkan wajah galak ia tampilkan begitu mendengar Gleyra yang terdengar santai. "Gley... Gimana gue nggak pusing? Masalahnya itu cowok nggak lo kenali." Perkataan Evie ada benarnya juga. Gleyra kembali merebahkan kepalanya tiba-tiba adegan itu terlintas dipikiran sendiri. Gleyra langsung menggelengkan kepalanya pelan, tangannya memijit pangkal hidung bercerita dengan Evie ternyata sama dengan menjatuhkan diri ke jurang. Sekarang kepalanya tambah pusing Evie ini jika sudah mengomel kalah-kalah proklamator kemerdekaan. "Itu juga," tunjuk Evie ke arah leher Gleyra." Udah bukan cupang yang lo dapat tapi kdrt tapi versi enak-enak." Matanya langsung terbuka dari pejaman. Gleyra langsung menyentuh lehernya. Arah pandang jatuh pada cermin besar di sudut ruangan, segera Gleyra berdiri dan berjalan kearah cermin. Membungkuk badannya sedikit kedepan Gleyra bisa melihat banyak jejak-jejak merah di lehernya bahkan pada tulang selangkanya. "Oh no... Leher gue Ev." Gleyra menatap sekilas Evie kemudian kembali menatap cermin. Rasanya frustasi melihat kiss mark yang di tinggalkan oleh orang asing itu. "Evie tu orang benar-benar nafsuan banget sama leher gue."All Rights Reserved
1 part