Namanya Alia, seorang gadis indigo berusia 17 tahun. Sejak kecil, ia bisa melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh orang lain. Bayangan hitam, suara-suara berbisik, hingga wujud manusia dengan wajah hancur yang mondar-mandir di sekitar rumahnya.
Malam itu, listrik di rumahnya padam. Hanya cahaya lilin di meja yang membuat suasana tidak terlalu gelap. Alia sedang menulis buku catatan pengalaman "aneh"-nya, ketika tiba-tiba terdengar ketukan keras dari pintu kamar.
Tok... tok... tok...
"Siapa?" tanya Alia dengan suara bergetar.
Tidak ada jawaban, hanya keheningan yang terasa menekan. Tapi telinganya menangkap bisikan lirih, suara seorang perempuan tua:
"Buka... aku kedinginan..."
Alia menahan napas. Ia tahu, tidak ada seorang pun di rumah itu selain dirinya. Orang tuanya sedang pergi keluar kota.
Dengan perlahan, ia melangkah mendekat. Jantungnya berdegup keras. Saat gagang pintu ia sentuh, udara tiba-tiba menjadi sangat dingin, hingga lilin di meja padam.
Gelap total.
Begitu pintu terbuka sedikit, sesosok perempuan dengan rambut panjang kusut dan wajah pucat berdiri di ambang pintu. Matanya hitam legam, mulutnya robek hingga telinga, dan darah menetes ke lantai.
"AKU SUDAH MENUNGGU..." teriak sosok itu, lalu menerjang masuk.
Alia berteriak, tubuhnya kaku. Di telinganya, bisikan-bisikan lain mulai terdengar, semakin banyak, semakin keras, seolah ada puluhan arwah yang berdesakan di dalam kamar itu.
Dalam kondisi panik, Alia menutup mata rapat-rapat, menggenggam kalung kecil yang selalu ia pakai-warisan neneknya yang juga seorang indigo. Tiba-tiba suara-suara itu berhenti. Hening.
Saat ia membuka mata, kamarnya kosong. Pintu kembali tertutup. Lilin kembali menyala sendiri.
Namun di kaca jendela, ia melihat bayangan hitam yang tersenyum... menandakan semuanya belum berakhir.