Bagi Raka, kegagalan di kota telah mengajarinya satu hal: rumah bukan tempat yang bisa ditinggalkan dua kali. Setelah tiga tahun merantau tanpa hasil, ia kembali ke Lembah Arunika, desa kecil yang damai, di mana senja selalu turun dengan warna jingga keemasan. Namun, kepulangannya bukan tanpa beban. Ia harus menghadapi kenyataan pahit kegagalannya dan membangun kembali kehidupannya dari nol.
Di bawah pohon waru tua, Raka bertemu kembali dengan Alya, sahabat masa kecilnya. Alya bukan lagi gadis riang yang ia kenal. Kematian ayahnya telah menjadikannya tulang punggung keluarga, memikul beban hidup yang terlalu berat di usia muda. Alya hidup dalam ketakutan: ketakutan akan kehilangan, dan ketakutan akan janji yang tidak ditepati.
Pertemuan mereka di bawah langit senja menjadi sebuah perjanjian bisu. Raka berjanji untuk tinggal-bukan hanya di desa, tetapi juga di sisi Alya, menemaninya bukan hanya di saat terang, melainkan juga di saat gelap. Raka memulai usaha bengkel kecil, berjuang membuktikan ketulusannya kepada Alya dan seluruh desa.
Namun, ketenangan Lembah Arunika terusik oleh kedatangan Arjuna, pemuda ambisius dari kota yang memiliki modal besar dan mengancam usaha Raka. Raka kini harus memilih: kembali pada cara-cara kota yang keras untuk bertahan, atau berpegang teguh pada cahaya di ujung senja-cahaya yang mengajarkan ketulusan, kesederhanaan, dan kekuatan untuk tidak pernah meninggalkan rumah dan hati yang telah memilihnya.
"Cahaya di Ujung Senja" adalah kisah tentang menemukan kembali arti rumah, keberanian untuk memulai lagi, dan janji yang lebih kuat dari kata-kata-sebuah janji yang ditepati di bawah setiap matahari terbenam.