
Di setiap malamku, aku hanya bisa berbaring di kasur, menatap bulan dari balik jendela kamar rumah sakit. Terkadang aku bertanya dalam diam: apakah aku bisa menikmati bulan tanpa harus melihatnya di balik kaca? Namun, pertanyaan itu tak pernah mendapat jawaban. Sampai akhirnya, aku bertemu dengannya. Kami berkenalan di taman rumah sakit-tempat aku biasa duduk di kursi roda, menikmati sedikit cahaya matahari. Aku memang tidak bisa beraktivitas seperti orang lain karena penyakit yang membuat kakiku lumpuh. Itu sebabnya, satu-satunya hal yang bisa kulakukan hanyalah memperhatikannya melukis bulan di tengah siang bolong. Aneh memang, melukis bulan saat matahari bersinar terang. Tapi entah kenapa, dari situlah semuanya dimulai. Dari sekadar rasa ingin tahu, menjadi percakapan kecil, lalu perlahan berubah menjadi sesuatu yang lebih hangat. Hingga akhirnya, takdir memisahkan kami. Ia yang selalu menemaniku dalam kesunyian, dan menjadi alasanku untuk terus berharap-bahwa mungkin, suatu hari nanti, aku bisa melihat bulan secara langsung, tanpa kaca yang memisahkan kami..All Rights Reserved
1 part