Mukhottof dan Bareil hanya punya 120 hari menuju hari pernikahan mereka. Tapi yang seharusnya menjadi momen paling bahagia, justru berubah menjadi tekanan tanpa henti. Bareil, dengan obsesinya akan kesempurnaan, terus mendorong Mukhottof untuk menjadi versi "terbaik" lebih sukses, lebih tampan, lebih sempurna. Di bawah tekanan itu, Mukhottof yang dulu tampan dan percaya diri berubah menjadi pria gemuk yang stres, mencari pelarian dalam makanan.
Semua meledak ketika suatu sore Mukhottof menyaksikan Bareil menggandeng tangan rekan kerjanya yang tampan, Rendra. Rasa dikhianati dan direndahkan membakar hatinya. Darah balas dendam pun mengalir.
Apa yang terjadi? Apakah ini lelucon? Atau cara Bareil memperbaiki segalanya?
Sebuah kisah tentang cinta, dendam, dan transformasi diri, yang mengajarkan bahwa kadang, jalan menuju pernikahan bukan tentang memenuhi harapan sempurna, tapi tentang saling memahami, berubah, dan memaafkan.
120 hari sebelum pernikahan, Cerita One Shoot. Yah cerpen tentang tema kedisiplinan.
DISCLAIMER
Buku ini adalah karya fiksi. Semua karakter dalam buku ini adalah ciptaan imajinasi penulis. Nama, karakter, bisnis, tempat, peristiwa, dan insiden yang digambarkan adalah fiktif atau digunakan secara fiktif. Setiap kemiripan dengan orang, tempat, organisasi, atau peristiwa nyata, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, adalah kebetulan semata dan tidak disengaja..
Kania Sekar Melati gadis berusia 20 tahun itu harus putus kuliah, dan bekerja di sebuah rumah mewah milik duda kaya beranak satu yang bernama Bagas Adipati Wiratmodjo. Keputusan itu dilakukan tanpa sepengetahuan keluarganya.
Sampai ketika akhirnya ia mendapati situasi yang mendesaknya. Ia di hadapkan dengan tawaran yang membuatnya tak bisa berpikir banyak.
Akhirnya ia memutuskan hal yang tak pernah ia bayangkan ketika harus menerima tawaran untuk menjual dirinya pada Bagas Adipati Wiratmodjo.