Davina dan Hujan

Menjelang ulang tahunnya yang ke 21, Davina merasa hidupnya berubah menjadi sunyi yang asing, seseorang yang ia anggap teman tiba - tiba berubah menjadi sumber luka, kata - kata sederhana berubah menjadi pisau yang menoreh hati.
ia mencoba tersenyum, menenangkan diri, dan berpura pura kuat tapi di balik itu, dadanya terasa penuh oleh hal - hal yang belum sempat diucapkan.

Suatu sore, ketika hujan pertama kalinya, setelah menghilang, Davina duduk di dekat Jendela dan mendengarkan suara rintiknya.
Entah mengapa, setiap tetes hujan terdengar seperti percakapan yang ingin menenangkannya.
Dari situlah semuanya dimulai - perjalanannya
bukan untuk mencari orang lain, melainkan untuk menemukan dirinya sendiri.

Hujan menjadi teman setianya; membawa kenangan, pengampunan, dan perlahan menghapus rasa bersalah yang menempel di hatinya dalam setiap pertemuan dengan hujan, Davina belajar arti kata "dewasa":
bukan tentang tak terluka, tapi tentang mampu berdamai dengan luka itu.

Di antara deras yang jatuh dan langit yang kelabu, Davina mulai menyadari mungkin hujan bukan sekadar air dari langit tapi pesan lembut dari Semesta:
bahwa bahkan setelah badai yang paling menyakitkan pun , seseorang tetap bisa tumbuh, dan mencintai dirinya sendiri.