Titik Koma

Bagi Aksa Pradipta Mahendra, seorang mahasiswa Teknik Informatika di Surabaya yang logis dan terstruktur, dunia adalah barisan kode yang bisa diprediksi. Namun, sistemnya mengalami error fatal saat sebuah notifikasi Instagram memperlihatkan senyum Kalila Nada Anindita, seorang mahasiswi ceria dari kampung halaman yang sama, Sukabumi, yang kini berkuliah di Bandung.

Dimulai dari sebuah follow request impulsif, Aksa mencoba mendekati Kalila dari kejauhan, hanya untuk menemukan bahwa hati Kalila dilindungi oleh firewall terkuat: hubungan tanpa status yang rumit dengan sahabatnya, Galih. Serangkaian kesalahpahaman besar, pertemuan yang gagal di kampung halaman, dan kecanggungan yang membeku membuat mereka semakin menjauh, meyakini bahwa koneksi di antara mereka telah terputus.

Namun, takdir melakukan force restart. Sebuah program pertukaran mahasiswa memaksa Kalila untuk pindah ke Surabaya selama satu semester, dengan Aksa sebagai narahubung resminya. Terjebak dalam interaksi profesional yang kaku, mereka harus menghadapi sisa-sisa perasaan dan penyesalan mereka. Melalui sebuah insiden di laboratorium komputer, momen-momen canggung, dan konfrontasi dengan masa lalu, keduanya belajar untuk men-debug hati mereka sendiri, membersihkan cache kesalahpahaman, dan menemukan bahwa koneksi sejati tidak bisa ditulis dengan logika, melainkan dengan keberanian untuk menjadi rentan.