Terikat Takdir, Terlarang Cinta : MeenPerth
26 parts Ongoing MatureTerikat Takdir, Terlarang Cinta : MeenPerth
Perth, saudara tiri yang tiba-tiba muncul, kini satu rumah denganku. Pertemuan pertama kami canggung, sorot matanya dingin, tak ada sapaan hangat. Sepuluh tahun berlalu, bocah yang dulu selalu kuusili kini berdiri di hadapanku, dewasa dan jauh.
Siang itu, Papa menyuruhku berangkat kuliah bersamanya. Aku menunggu di samping motor kesayanganku, jantungku berdebar tak karuan. Perth keluar, wajahnya datar, tanpa ekspresi. Ia mengenakan helm yang kuberikan tanpa protes, lalu duduk di belakangku dengan kaku.
Di jalan, kupacu motorku dengan kecepatan tinggi. Awalnya ia menahan, tapi saat kutikung tajam, refleks tangannya melingkar di pinggangku. Sentuhan itu membuatku salah tingkah. Akhirnya, dia membutuhkanku.
Di lampu merah, kutatap matanya lewat spion. "Kau masih sama seperti dulu," ujarku. Keras kepala, tak mau mengakui kelemahan. Ia menggenggam pinggangku lebih erat, namun membantah ucapanku.
Sampai di kampus, ia turun dengan cepat, seolah ingin segera menjauh. "Terima kasih," katanya dingin. Kulihat semburat merah di pipinya. "Kau memang masih Perth yang sama," balasku. Ia menoleh tajam, "Aku bukan anak kecil yang dulu bisa kau hajar."
Kusuka tatapan itu, kemarahannya membuat darahku berdesir. "Aku lebih suka kau yang sekarang. Lebih menarik." Ia berbalik pergi, meninggalkanku dengan perasaan membara. Ini bukan sekadar nostalgia, ini sesuatu yang berbahaya. Dan aku tahu, setiap perjalanan bersamanya tak akan pernah biasa lagi.