Resonance of Two Waves

Ketika logika bertemu intuisi, cinta mereka bukan tentang saling melengkapi, tapi saling menantang untuk tumbuh.

Aruna Damaris hidup dalam pola pikir yang presisi, segala hal bisa dipecah menjadi variabel, fungsi, dan hasil yang dapat diprediksi. Ia mahasiswa teknik komputer jenius yang percaya bahwa dunia berjalan lebih baik tanpa campur tangan emosi.
Sampai suatu hari, datanglah Rafi Alendra, mahasiswa desain komunikasi yang bicara dengan warna, metafora, dan keberanian yang kadang menjengkelkan.

Pertemuan mereka di proyek start-up kampus "Lumina" menciptakan benturan pertama antara struktur dan spontanitas, data dan intuisi, kepala dan hati.
Namun di balik debat sengit dan layar komputer yang menyala hingga larut malam, tumbuh sesuatu yang tidak bisa mereka jelaskan sebuah resonansi yang tak terukur oleh logika, tapi juga tak bisa diabaikan oleh rasa.

Dari ruang lab hingga balkon tengah malam, dari pameran seni hingga hujan yang jatuh di atap parkir kampus, Aruna dan Rafi belajar bahwa memahami satu sama lain bukan soal menjadi mirip, tapi berani tetap berbeda dan bertumbuh dari perbedaan itu.

Ketika ambisi, jarak, dan waktu menguji keduanya, mereka menemukan bahwa cinta bukan sekadar keterikatan, melainkan frekuensi yang bisa terus bergetar bahkan ketika dua dunia tak lagi bersentuhan.
Sebuah kisah tentang dua jiwa yang berpikir dengan cara berbeda, tapi berdetak dalam ritme yang sama.
Resonansi Dua Gelombang di mana cinta, logika, dan intuisi saling menantang untuk menjadi manusia yang utuh.