Di mata dunia, mereka adalah pasangan sempurna: Lyra Esmeralda, sang ballerina yang gemerlap, dan Cassian Valerius, pewaris dinasti yang kejam. Kisah cinta mereka terlahir di tengah gemerlap ballroom, dihiasi janji kemewahan dan gairah yang membakar. Mereka adalah puncak dari segala hal yang indah, mahal, dan memabukkan.
Namun, cinta Lyra dan Cassian hanyalah tarian elegan di ujung tanduk.
Di balik jas merah burgundy Cassian tersimpan rahasia gelap keluarga Valerius yang menuntut kesetiaan, sementara di balik gaun merah darah Lyra tersimpan luka lama dan ambisi yang terancam. Ketika Lady Seraphina Valerius, sang matriarki berkuasa, memutuskan bahwa Lyra adalah ancaman bagi takdir dinasti, ikatan mereka berubah menjadi rantai emas dan darah.
Kisah ini adalah tentang cinta yang terlalu mewah untuk dilepaskan, namun terlalu beracun untuk disatukan. Di tengah intrik, pengkhianatan, dan munculnya Elias Thorne sebagai rival berbahaya, Lyra dipaksa memilih: apakah ia akan tetap menjadi boneka yang menari mengikuti melodi takdir Cassian, atau ia akan mematahkan rantai itu dan menerima mawar hitam, lambang dari cinta yang harus mati demi kebebasan.
Akankah cinta yang begitu mahal ini bertahan, atau akankah ballroom megah ini menjadi saksi bisu kehancuran mereka berdua?
Lauren dan Sam bukan kisah yang keras-keras jatuh cinta-mereka tumbuh pelan, dari tatapan singkat, senyum kecil, hingga diam yang saling mengerti.
Di balik bangku sekolah yang sederhana, mereka menulis cerita.
Tentang tawa yang tak dibuat-buat. Tentang genggaman yang nggak selalu erat, tapi hangat.
Dan tentang janji-janji kecil yang mungkin... cuma untuk dikenang.
Tapi waktu nggak pernah berhenti berjalan, dan orang-orang nggak selalu tinggal.
Kini, mereka duduk di ujung dunia yang berbeda-masih saling ada, tapi tak lagi saling punya.
Lalu, jika satu surat bisa membuka kembali pintu yang tertutup rapi,
masih pantaskah kisah mereka kembali dibaca?
------------