Melalui tuangan sastra, relung jiwa bisa berbicara meski secercah. Tak perlu kata yang canggih, sebab isinya hanya meminta pengertian. Di dalam memo ini, serpihan rasa dinukilkan. Satu-dua bagian digores dengan tinta hingga ronanya lugas berkisah. [Didominasi puisi religius, refleksi intrapersonal, teologis, fenomena sosial, dan perenungan hidup]All Rights Reserved