MAGANDA CELESTINE

Maganda Celestine dibesarkan untuk menjadi sempurna.
Sejak kecil, semua orang memujinya: wajah lembutnya menenangkan, tutur katanya halus, nilai-nilainya tak pernah turun. Ia adalah cahaya - simbol keteladanan yang membuat orang lain merasa aman di dekatnya.

Namun di balik citra yang nyaris tanpa cela, Maganda menyimpan sesuatu yang perlahan tumbuh di dalam dirinya: rasa muak terhadap kebaikan yang dipaksakan.
Ia mulai mempertanyakan arti moral, kesempurnaan, dan siapa dirinya tanpa semua topeng itu.

Ketika hidupnya di sekolah baru kembali berputar dalam pola yang sama, satu pertanyaan sederhana muncul:

"Kalau aku cahaya, lalu siapa yang jadi gelapnya?"

Pertanyaan itu menuntunnya menelusuri sisi lain dirinya - sisi yang selama ini ditekan dan diabaikan.
Semakin ia mencoba memahami manusia, semakin ia kehilangan arah tentang apa yang benar dan salah.
Dan ketika batas antara keduanya mulai kabur, Maganda menyadari sesuatu: bahkan cahaya pun bisa membakar.

Sebuah kisah tentang kesempurnaan yang retak, tentang identitas yang dibangun dari harapan orang lain, dan tentang bagaimana cahaya bisa berubah menjadi bayangan.