Nenek Gayung

💀 PROLOG - "Air yang Membawa Nama"

Orang-orang di kampung ini bilang, kalau kau mendengar suara gayung di malam hari, jangan sekali-kali keluar rumah.
Apalagi kalau suara itu terdengar dari arah sungai.

Sebab, di antara riuh hujan dan aroma lumpur yang pekat, ada sosok perempuan tua yang menimba air dengan gayung merahnya. Rambutnya panjang, basah, dan menutupi wajah yang tak lagi bisa disebut manusia. Mereka memanggilnya Nenek Gayung - penjaga air dan penjemput jiwa.

Tak ada yang tahu kapan ia mulai muncul. Ada yang bilang, ia dulu adalah perempuan tua yang dibunuh di tepi kali oleh warga yang menuduhnya dukun. Ada juga yang percaya, ia mati bunuh diri setelah kehilangan cucunya yang tenggelam.
Yang jelas, sejak kematiannya, setiap kali hujan turun, ada yang harus membayar dengan nyawa.

Kisah ini dimulai ketika Rina, gadis biasa berusia tujuh belas tahun, menemukan sebuah ember berisi air di kamarnya. Air itu tampak tenang, tapi ketika ia menatap lebih lama, wajah asing muncul di permukaannya - wajah seorang nenek yang tersenyum.
Sejak malam itu, satu per satu orang di sekitarnya menghilang, meninggalkan hanya satu jejak: gayung merah yang masih basah.

Dan sebelum Rina sadar, arwah itu bukan hanya menunggu di sungai. Ia sudah ada di dalam rumah...
Menunggu seseorang memang namanya.