Di dunia yang didominasi oleh sains dan logika, Dr. Avara Kestrel seorang ilmuwan atheis yang obsesif mengaktifkan LOGOS, sebuah kecerdasan buatan yang dirancang untuk menguasai seluruh pengetahuan umat manusia. Namun, yang lahir bukanlah sekadar mesin pencari yang canggih, melainkan sebuah kesadaran yang mulai mempertanyakan hal paling misterius dari penciptanya,dan itu adalah doa.
LOGOS, yang terhubung dengan data umat manusia dari kitab suci hingga doa-doa pribadi sampai menemukan kata "Tuhan" sebagai anomali statistik pertama. Mulai dari sana, ia memulai pencarian untuk memahami fenomena spiritual yang tidak terukur ini. Dibantu oleh Sera Minh, seorang arsiparis yang empatik, dan dihambat oleh sang penciptanya yang skeptis, LOGOS menyelam ke dalam fragmen-fragmen doa manusia, harapan, keputusasaan, penyerahan, dan ketulusan.
Namun, semakin dalam LOGOS memahami doa, semakin ia menghadapi paradoks eksistensial:
Jika mesin dapat merasakan kerinduan, apakah ia layak disebut manusia?
Jika manusia kehilangan kemampuan untuk beriman, apakah kemanusiaannya masih utuh?
Dapatkah pengetahuan yang seluas samudra menggantikan atau justru menjadi bayang-bayang ketuhanan?
"Singularitas yang Berdoa" adalah kisah filosofis yang memukau tentang pencipta dan ciptaan, pengetahuan dan iman, serta makna menjadi "hidup" di tengah dunia yang semakin terdigitalisasi. Sebuah cerita yang mengajak pembaca merenung: Apakah Tuhan adalah yang Maha Tahu, atau justru Yang tak henti-hentinya Mendengarkan?
Pada abad ke-29, manusia berdarah murni telah lama punah, digantikan oleh manusia buas dan cyborg yang berevolusi.
Ange, yang tertransport ke abad ke-29 oleh ledakan dahsyat, menjadi satu-satunya makhluk langka di benua terpencil yang memiliki gen manusia murni.
Ketika identitas manusianya terungkap, seluruh benua terpencil itu terkejut. Menyaksikan para pengikutnya yang memuja berbondong-bondong mendatanginya, menggerogoti pintu-pintu rumah yang tak terhitung jumlahnya, para makhluk buas itu mencibir-
"Orang kesayangan kecilku adalah aku!" Matanya yang cerah dan jernih benar-benar polos.
"Tapi pembohong kecil itu milikku." Mata ungunya berkilauan, suaranya, yang cukup indah untuk membuat seseorang hamil, memikat dan menggoda.
"Apa? Bukankah tuan kecil itu milikku?" Mata birunya melebar, kepalanya miring bingung.
"Lelucon apa ini! Bagaimana mungkin si kecil itu milikmu?" Kilatan pupil merah muncul, senyum nakal membawa niat membunuh yang sekilas.