Mereka tumbuh bersama, saling mengenal bahkan sebelum tahu apa itu cinta.
Alya - gadis kalem dan pendiam, dikenal aktif di sekolah dan disukai banyak orang.
Dimas - mahasiswa dengan paras biasa, tapi auranya menenangkan, sikapnya hangat, dan ucapannya selalu sederhana tapi mengena.
Empat tahun mereka bertahan dalam jarak, menukar pelukan dengan video call, mengganti tawa dengan pesan teks, dan menggenggam rindu lewat langit yang sama.
Hingga satu kalimat sederhana menghancurkan segalanya:
"Aku capek, Ya... aku rasa cukup sampai sini."
Tak ada alasan yang masuk akal, tak ada perpisahan yang pantas.
Hanya dua hati yang pernah berjuang... dan akhirnya kalah pada waktu.
Karena ternyata,
langit yang sama tak selalu menyatukan hati yang sama.
Lala mengenal Libra sebagai gitaris band kampus sekaligus kakak tingkatnya yang tampan dan terkenal, serta memiliki banyak penggemar. Kemudian, teman-temannya bilang kalau Libra menyukai Lala dan sering memerhatikannya diam-diam. Berkenaan dengan hal itu, Lala pun merasa dirinya juga menyukai Libra. Didukung oleh teman-temannya untuk menyatakan perasaan, Lala akhirnya benar-benar mengajak Libra berpacaran.
***
Libra tak menyukai Lala. Kenal pun tidak. Namun ia kesal karena Lala terlalu mudah dibodohi, dan makin marah saat orang-orang yang membodohi Lala malah menyeret Libra ke dalam rencana mereka. Saat Lala dijebak untuk menyatakan cinta padanya di depan umum, Libra memilih menyelamatkannya dengan menerima gadis itu. Meski, lelaki itu menyesal setengah mati setelahnya. Selain Lala bukanlah tipenya, segala rencana berkencan yang Lala susun membuat Libra pusing tujuh keliling.
Baiklah, Libra akan bertahan sebulan. Dia akan mencari cara supaya Lala memutuskannya dan Libra bisa kembali ke kehidupannya yang tenang.