Di bawah payung warna-warni, di pinggir jalan kecil sebuah desa, berdirilah lapak sederhana milik Bunda Rahma - seorang ibu tangguh yang menjual nasi kuning demi menghidupi keluarga.
Bersama suaminya, Perani, dan putri semata wayangnya, Kirana, mereka menata hidup dari wajan panas dan senyum tulus setiap pagi.
Namun segalanya berubah ketika Arga Pradipta, seorang pria kaya dari kota, tersesat dan berhenti di lapak itu.
Pertemuan sederhana di antara aroma bumbu dan kepulan nasi hangat itu menyalakan kisah baru - tentang cinta, harapan, dan perjuangan di tengah kesederhanaan.
Di sisi lain, ada Sinta, gadis muda polos yang membantu di warung dan diam-diam menjadi primadona baru di desa.
Kehadirannya membuat warna baru dalam hidup Bunda Rahma, sekaligus membuka pintu pada rahasia masa lalu yang selama ini terpendam.
Lapak itu bukan sekadar tempat makan -
ia menjadi saksi air mata, tawa, dan cinta yang tumbuh di antara piring-piring logam dan wangi kunyit pagi hari.
Apakah cinta bisa tumbuh di tempat sesederhana ini?
Atau justru, dari sinilah keajaiban hidup bermula?
Nael, seorang remaja yang hidupnya dikecualikan oleh keluarganya sendiri. Hadirnya yang
katanya tak diharapkanan, membuat remaja itu selalu berusaha mencari cara agar mendapatkan sedikit perhatian dari keluarganya.
Namun segala upaya yang dia lakukan justru membuatnya semakin jauh dari keluarga.
Hingga suatu hari, dia yang mendapatkan hukuman dari sang Kakak membuatnya tersadar akan kebodohannya. Namun semua itu sudah terlambat, dia menyadari semua itu diakhir hidupnya.
Nael berharap ada kesempatan kedua, agar dia bisa memperbaiki kesalahannya, mengubah takdirnya.
Harapannya terkabul, Nael yang mati tenggelam, kembali terbangun dimomen satu tahun yang lalu. Dimana hari itu adalah hari ulang tahun sang ayah, tak ingin mengulangi
kebodohannya. Nael berusaha merubah takdirnya, mencari cara agar hidupnya tidak berakhir dengan tragis.
Mampukah Nael merubah takdirnya, atau justru mengulang kejadian yang sama? Mari kita lihat sama-sama.