Ketika dunia modern mulai melupakan akar dan adatnya, seorang gadis muda tanpa sengaja membuka gerbang yang seharusnya tak pernah dibuka.
Wulandari Prameswari, mahasiswi arkeologi yang skeptis pada mitos, menemukan sebuah kalung tua di pulau Ranalu. Kalung itu bergetar lembut-dan seketika, angin laut berubah menjadi bisikan masa lalu.
Dari situlah perjalanannya dimulai.
Ditemani **Raka**, penjaga gerbang dari masa lampau, Wulan menelusuri **tujuh pulau penuh rahasia**: Ranalu, Minara, Javana, Balara, Kalara, Serandra, hingga Maura.
Namun di balik keindahan adat dan legenda, ada **bayang putih dari barat** yang terus merayap-menyerap akar, bahasa, dan ingatan bangsa.
Wulan harus memilih: menjadi peneliti yang hanya mencatat sejarah...
atau menjadi bagian dari kisah yang akan menuliskannya kembali.
> Cinta, adat, dan ingatan berkelindan di antara dunia manusia dan roh.
> Saat semua gerbang terbuka, hanya hati yang murni yang mampu menutupnya kembali.
WARNING❗❗
Arrinda cuman ingetin cerita ini tidak akan cocok bagi kalian yang memiliki darah tinggi. Dari judul aku udah cantumin dan garis besarnya pasti kalian udah tau. Selera kalian mungkin tidak sama dengan Arrinda. Sekali lagi WARNING!!
⚫⚫⚫
Zaluna Karina.
Dia tidak menyangka akan ada masanya dia kehilangan segalanya hanya karena obsesi gila satu orang.
Zaluna kehilangan keluarganya, pun Zaluna juga harus kehilangan nyawanya secara tragis.
Kalik Gara Rasyaka.
Dia adalah sumber kehancuran keluarganya. Pria yang memiliki obsesi gila pada sang adik-Zara Karuna. Menyingkirkan siapapun yang mencoba menghalanginya untuk bersama dengan Zara.
Lalu, keajaiban itu datang.
Zaluna kembali ke masa sebelum kehancuran itu dimulai. Kali ini Zaluna akan melindungi keluarganya dari bocah sedeng seperi Gara.
⚫⚫⚫
"Jadi, Bu guru mau saya tidak melanjuti perjodohan itu?"
Zaluna mengangguk sebagai jawaban, netranya terus memindai wajah Gara yang sekarang ini tersenyum jenaka. "Ya, kalian masih bau kencur."
"Bisa, tapi ada syaratnya,"
Alis Zaluna bertaut, bingung sekaligus was-was karena bocah itu gilanya sudah melebihi kapasitas penghuni RSJ.
"Cium saya, kalo saya suka ciuman Ibu, maka saya akan pikir-pikir lagi."
"Bocah edan!"