"Chika! Sini! Kenalan sama temen baru!"
Itu suara Zee yang tengah berdiri di depan sebuah rumah berwarna biru muda, dan didepannya ada seorang gadis yang asing baginya. Apakah itu yang dimaksud teman baru oleh Zee?
.
.
.
.
"Woi semut rangrang!"
Chika melihat ke arah depan, tepat dimana Ara berdiri dengan senyuman yang lebar setelah puas memanggil Chika dengan nama baru itu. Namun yang membuatnya lagi-lagi tersipu malu, warna baju yang entah bagaimana kebetulan sama.
Zee dan Chika menghampiri Ara, lalu dengan gerakan sepersekian detik, Chika memukul pundak Ara. "Aku punya nama kali, bukan semut rangrang," protes Chika kepada Ara.
"Ya kan itu nama spesial dari aku," balas Ara dengan santai.
.
.
.
.
"Tumben ga main sama Ara?"
Zee muncul sambil membawa sepiring mendoan yang baru saja matang dan langsung meletakkan piring itu tepat di lantai, yang langsung di lahap oleh Adel, Ashel dan juga Marsha. Chika yang ada di sebelah Zee hanya bisa melirik sejenak lalu kembali merenung.
.
.
.
.
"Bahkan disaat aku berharap kamu datang dan peluk aku, serta jelasin semua yang aku lihat, kamu ga ngelakuin itu, Ra..."
Ingatan tentang apa yang selama ini mereka lakukan terputar di kepala Chika, seperti potongan-potongan film yang terus berjalan tanpa tau kapan akan berhenti. Chika berusaha untuk menghentikan itu semua, ia memukul-mukul kepalanya dengan keras, tak peduli seberapa sakit dan keras pukulan yang ia berikan, ia hanya ingin semua itu berhenti berputar dalam kepalanya.