Leira, gadis Jawa yang pemalu dan tertutup, menjalani hidup penuh luka, dibully di sekolah, disiksa di rumah, tak pernah benar-benar diterima di mana pun.
Satu-satunya hal yang selalu ia bawa ke mana-mana hanyalah payung merah, benda kecil yang seolah jadi pelindung sekaligus saksi dari semua penderitaannya.
Namun suatu hari, segalanya berakhir tragis.
Leira ditemukan tewas, dikubur di balik dinding studio tari sekolahnya sendiri, dengan tangan yang hilang.
Setelah kematiannya, arwah Leira tak pernah benar-benar pergi.
Satu per satu orang yang dulu menyakitinya mulai mati dengan cara mengerikan... dan setiap kematian selalu meninggalkan jejak yang sama, payung merah yang basah oleh darah.
Li Wen dan Rafa, dua siswa yang mencoba mencari tahu kebenaran, justru terseret dalam misteri kelam yang menyingkap rahasia besar: Leira memiliki kembaran yang mati sejak lahir, dan amarah roh itu kini membakar segalanya.
Antara dendam, arwah, dan rahasia keluarga yang tak pernah terungkap, hujan menjadi saksi, bahwa beberapa luka... tak akan pernah kering.
---
⚠️PERHATIAN
cerita ini mengandung hal sadis dan kekerasan, tidak untuk di tiru, pandai-pandailah dalam membaca.
Kisah Davefrey Arseno Kaliandra, pendiri perkumpulan remaja pemberantas bullying. Ia menaruh perasaan terhadap salah satu korban bullying yang ternyata adalah anak tetangganya.
Disisi lain, Dave kembali dihadapkan dengan tragedi masa lalu kelam tahun 2016 yang kini mengancam nyawa sahabat dan gadis yang ia cintai.
Berawal dari persahabatan yang terselip rasa iri hingga menimbulkan pertumpahan darah dan dendam dari keluarga korban.
Apakah Dave bisa melindungi sahabatnya dan gadis itu?
Lalu bagaimana dengan perasaan Dave yang ternyata semakin membahayakan nyawa sang gadis?
Apa benar jika jarak usia yang jauh juga akan menjadi penghalang? Akankah perasaannya terbalas atau justru sebaliknya?
Cover by pinterest