BESANKU, KEKASIHKU

Di usia senja, ketika tubuh mulai renta dan doa terasa lebih sering dari tawa, dua pria paruh baya bertemu bukan untuk jatuh cinta, melainkan untuk mengisi kesunyian yang sama.

Pak Bondan, seorang pejabat berumur lima puluh tahun dengan wajah teduh dan masa lalu yang disembunyikan rapi di balik seragam dinasnya. Hidupnya tenang, mapan, tapi hampa. Istrinya lebih sering bicara tentang dapur daripada cinta, anak-anaknya sibuk mengejar hidup masing-masing, dan di dalam dirinya, ada bagian yang sudah lama mati.

Hingga datang Pak Jagad, besan yang baru ia kenal sebulan sebelum pernikahan anaknya. Tubuhnya besar, suara tawa kerasnya mengisi ruangan kosong yang dulu hanya diisi bunyi jam dinding. Sentuhannya sederhana, di pundak, di tangan, di bahu, tapi cukup untuk membangunkan sesuatu yang selama ini berusaha dikubur Pak Bondan: hasrat.

Sebuah perjalanan yang dimulai dari secangkir kopi di teras, berubah menjadi obrolan di tepi sungai, lalu perlahan menjadi kedekatan yang tak bisa dijelaskan dengan logika atau moral. Di balik canda dua pria dewasa, ada pandangan yang terlalu lama, ada genggaman yang terlalu hangat.

Saat keduanya mulai membuka diri, masa lalu Pak Bondan ikut terkuak-tentang rahasia yang dulu hampir merusak hidupnya, tentang sosok yang dulu membuatnya mengerti apa itu cinta dalam diam. Dan kini, setelah puluhan tahun, rasa itu datang lagi... hanya saja dalam wujud yang tak seharusnya.

Tapi bagaimana bila cinta itu justru membuat mereka merasa hidup kembali?
Bagaimana jika yang disebut dosa... justru satu-satunya hal yang membuat keduanya mengerti arti kasih di usia senja?

"Di mata dunia, kau hanyalah besanku. Tapi di mata hatiku, kau lelaki yang membuat jantungku berdetak lagi."

Dua pria. Dua keluarga. Satu rahasia yang bisa menghancurkan segalanya-atau justru menjadi awal dari sesuatu yang lebih jujur dari hidup itu sendiri.