Di antara notifikasi yang datang dan pesan yang tak pernah dikirim, Tee masih menyimpan sisa-sisa seseorang yang dulu pernah jadi rumah.
Dew datang di masa paling hangat, saat dunia terasa lebih mudah, dan cinta masih bisa disembunyikan di balik emoji sederhana. Mereka pernah punya rencana, punya tawa, bahkan sempat percaya dunia mereka akan tetap sama. Tapi waktu, seperti biasa, memilih untuk tidak setia.
Dua kali mereka putus, dua kali mencoba mulai lagi, dan di antara semua itu ada luka yang tidak pernah benar-benar sembuh. Tee pernah mencoba pergi, tapi langkahnya selalu melingkar ke tempat yang sama. Pernah juga mencari orang baru, tapi tidak ada yang terasa seperti Dew.
Sekarang semuanya berubah. Dew punya kehidupan lain, seseorang lain, bio lain. Tapi di kepala Tee, kenangan masih tersusun rapi-seolah hubungan itu masih bernafas di antara pesan yang belum dihapus.
Ini bukan kisah cinta yang manis, bukan juga kisah yang berakhir dengan kebahagiaan. Ini tentang dua orang yang tidak lagi bersama, tapi juga tidak pernah benar-benar berpisah.
Tentang seseorang yang masih belajar memaafkan dirinya sendiri karena terlalu berharap pada hal yang sudah hilang.
Tentang bagaimana cinta bisa bertahan di bentuk yang paling sunyi: ingatan.
Dan tentang Tee, yang akhirnya sadar... kadang kehilangan bukan berarti akhir kadang itu cuma tanda kalau cerita ini, memang ditulis untuk berhenti di sini.
Menikah dengan dosen sendiri tak pernah terlintas dalam benak Gyandra Raquelle Varshaana. Namun, karena sebuah perjodohan dari orangtuanya membuat Gyandra harus menikah dengan dosennya sendiri, yaitu dengan Arkanza Pradikta.
Akankah mereka dapat saling mencintai?