Pesan Terakhir di Laci Meja Tua

Beni Saputra Adijaya, yang akrab disapa Beni kecil, adalah seorang putra tunggal yang baru menginjak usia tujuh tahun. Ia berada dalam fase perkembangan yang sangat aktif, dengan tingkat rasa ingin tahu yang tinggi. Sayangnya, dorongan eksplorasi dan rasa penasaran yang tak terbendung tersebut justru menyeretnya ke dalam situasi genting, membuatnya menderita sakit berkepanjangan tanpa adanya diagnosis medis yang jelas.

Rayy Geraldy Adijaya, kerap dipanggil Aldy, merupakan Ayah kandung dari Beni. Sebagai seorang eksekutif yang ambisius, Aldy sangat disibukkan oleh tuntutan pekerjaan kantornya, yang menyebabkan minimnya interaksi dan waktu bercanda dengan Beni. Ia rutin berangkat kerja sebelum putranya bangun dan baru kembali mendekati tengah malam saat Beni sudah terlelap. Sebuah momen langka terjadi ketika Aldy terpaksa pulang lebih awal. Momen yang seharusnya menjadi keistimewaan keluarga, justru berubah menjadi titik terburuk dan paling mengkhawatirkan bagi dirinya.

Nirmala Laurel Adijaya, atau Ibu Mala, dikenal dengan kecintaannya yang obsesif terhadap kebersihan. Ia sangat menjunjung tinggi kerapian dan tidak mentoleransi adanya debu sedikit pun. Namun, sebuah insiden-yang dipicu oleh obsesinya pada kebersihan-membuatnya menyadari bahwa pada hari itu, kebersihan justru membawa kemalangan. Ia akhirnya belajar sebuah pelajaran berharga: ada realitas di dunia ini yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan sapu dan kain pel. Ibu Mala menyadari bahwa di balik tumpukan kekacauan atau barang usang, dapat tersimpan pesan terakhir yang memilukan mengenai trauma dan luka batin yang seharusnya dihormati.

⚠️ MOHON MAAF KALAU ADA KESALAHAN DALAM PEMBUATAN CERITA.
Cerita ini murni dari karangan Penulis.