11 parts Ongoing Ada malam-malam ketika dunia terasa terlalu sunyi, dan suara detak jam terdengar seperti dentuman palu di dinding. Di malam-malam seperti itu, Amoca terjaga. Terdiam. Terperangkap dalam pikirannya sendiri.
Bayangan itu datang lagi, tak diundang, tak pernah pergi jauh.
Kilasan masa lalu menamparnya dalam bentuk mimpi buruk yang terus berulang. Jeritan. Tangisan. Tangan yang tak cukup kuat untuk menarik. Kaki yang tak cukup cepat untuk berlari. Diri yang terlalu lambat untuk menyelamatkan.
Amoca menatap langit-langit kamar, keringat dingin mengalir di pelipis. Matanya terbuka lebar, tapi jiwanya masih tertahan di lorong gelap masa lalu.
"Kenapa yang datang harus pergi?..." bisiknya lirih, hampir tak terdengar.
Penyesalan itu seperti duri kecil yang menempel di dada. Tak membunuh, tapi menyiksa. Ia sudah meninju ribuan kali, berlari puluhan kilometer, mencoba melupakan dengan rasa lelah dan rasa sakit fisik, namun luka itu tetap di sana. Tak terlihat, tapi tak pernah sembuh.
Amoca tahu, tak ada mesin waktu untuk kembali. Tapi yang menyakitkan bukan hanya kehilangan... melainkan kesadaran bahwa ia hidup, dan dia tidak.
WARNING⚠️