Between Practice Rooms and Quiet Hearts
10 parts Ongoing Di balik ruang latihan yang dingin dan jadwal yang tak pernah memberi ampun, delapan trainee belajar bertahan-bukan hanya dari lelah, tapi dari diri mereka sendiri.
Jiwoo terbiasa hidup dalam keheningan. Disiplin, jarak, dan kontrol adalah caranya bertahan. Ia percaya bahwa mimpi hanya bisa dicapai dengan menyingkirkan hal-hal yang tidak perlu-termasuk perasaan.
Sementara Carmen adalah kebalikannya. Ramah, random, terlalu jujur dalam mengekspresikan lelah dan tawa. Di tengah tekanan trainee life, ia tetap membawa kebisingan kecil yang membuat ruang terasa lebih hidup-meski sering dianggap mengganggu.
Mereka dipertemukan bukan oleh takdir romantis, melainkan oleh latihan panjang, kamar asrama sempit, dan mimpi yang sama: debut.
Saat keheningan Jiwoo mulai retak oleh kehadiran Carmen, dan kebisingan Carmen menemukan tempat aman di dekat Jiwoo, batas antara profesionalitas dan perasaan perlahan memudar.
Di antara suara hitungan, tawa tengah malam, dan langkah yang hampir menyerah, satu pertanyaan muncul:
> Apakah mimpi yang sama selalu harus ditempuh sendirian?
Sebuah kisah tentang anak muda, kelelahan, persahabatan, dan cinta yang tumbuh pelan-
di ruang yang dingin, dengan suara-suara yang menghangatkan.