Luka Diantara Dua Nama

Alexa Gabriela - perempuan berusia 23 tahun yang modis, independen, dan dikenal berlidah tajam. Di balik penampilannya yang berani, Alexa menyimpan luka dalam yang membuatnya kehilangan kepercayaan pada laki-laki. Ia tumbuh dengan tembok tinggi di sekeliling hatinya - menolak cinta, menolak kelembutan, menolak ketergantungan. Bagi Alexa, cinta hanyalah jalan menuju kekecewaan kedua.

Xabiru Erlangga - pria dingin dan tenang yang lebih banyak berbicara lewat tatapan daripada kata. Di balik sikapnya yang datar, Biru menyimpan tanggung jawab besar sebagai pewaris keluarga terpandang. Ia bukan pria yang haus perhatian, tapi tahu betul arti kewajiban. Dan salah satu kewajiban itu adalah menikahi Alexa, perempuan yang sama sekali tak ia kenal - perjodohan yang tidak pernah ia rencanakan.

Pernikahan mereka bukan kisah bahagia yang penuh cinta dan pelukan. Mereka seperti dua kutub yang saling tolak:
Alexa dengan kemarahan dan kebebasannya, Biru dengan ketenangan dan logikanya.

Pisah kamar, saling diam, dan hidup di dunia masing-masing menjadi keseharian mereka. Alexa sering keluar malam, kembali dalam keadaan mabuk dan tak peduli pandangan orang. Sementara Biru hanya diam - tidak menuntut, tidak memaksa, hanya meminta satu hal yaitu jangan buat kekacauan, dan jangan minta cerai.

Namun di balik dinginnya sikap dan kerasnya kata, perlahan keduanya mulai terikat oleh hal yang tak mereka pahami. Luka masa lalu yang sama. Kesepian yang serupa. Dan perhatian kecil yang muncul diam-diam di antara kebisuan.

Mereka tidak saling mencintai... tapi mulai saling memahami.
Dan dari sanalah, cinta - yang tak pernah mereka harapkan - mulai tumbuh perlahan di antara retakan.