Dia adalah laluna Samita.
Namanya berarti Bulan yang tenang , namun hari-harinya diselimuti hujan meteor yang tak kunjung usai. Di mata dunia, ia adalah ratu yang mendampingi sang raja; suaminya adalah cetak biru dari semua mimpi yang pernah ia rajut di masa gadis. "Suami Idaman," begitu bisik orang-orang. Sebuah ukiran emas palsu di atas batu karang yang rapuh.
Tahukah mereka bahwa intan itu hanyalah kaca yang berkilauan?
Di balik pintu kayu mahoni, pangerannya berubah menjadi teka-teki gelap. Sosok yang ia puja ternyata berkepala dua: satu wajah menatapnya dengan janji, wajah yang lain berpaling mencari cahaya lain-cahaya yang dibelinya dengan keringat dan tetesan dana dari tangan laluna sendiri.
Ia adalah Pilar dan Bank Sentral bagi laki-laki yang kini hatinya berlabuh di dermaga asing. Uang yang ia hasilkan dengan susah payah justru menjadi jembatan bagi suaminya menuju pelukan wanita lain. Ini bukan hanya pengkhianatan cinta, tapi juga pengkhianatan finansial yang mencekik.
Setiap malam, ia berdiri di persimpangan yang sunyi. Di sisi kiri ada jalan 'Keimanan' yang mengajarkan kesabaran tak bertepi dan janji pahala dalam derita. Di sisi kanan ada jalan 'Norma' yang berbisik tentang harga diri, keadilan, dan sebuah pisau bernama perpisahan.
Laluna memilih untuk tidak bergerak. Ia memilih berdiri tegak di tengah persimpangan itu, membiarkan kedua jalan mematung di kakinya. Mengapa?
Di balik punggungnya, ada dua pasang mata kecil yang melihatnya sebagai Benteng Terakhir. Demi dua nyawa yang tak bersalah, ia menggenggam pecahan hatinya, menjadikannya kerikil tajam yang dilemparkan ke depan untuk membersihkan jalannya.
Ia tidak pergi, dan ia tidak menyerah. Ia memilih menjadi pelabuhan badai.
Pertanyaannya: Apakah Laluna adalah seorang martir yang agung, ataukah ia adalah teka-teki bodoh yang lupa bahwa kunci kebahagiaan ada di tangannya sendiri? Dan sampai kapan ia harus menjadi Bulan, cahaya malam yang tak pernah diizinkan melihat mentari pagi?
Kecintaannya pada makhluk yang bernama kuda, menjadikan Jairo Noah Pasya rela melepaskan kemewahan yang dimilikinya. Termasuk tercoretnya dari daftar ahli waris Teja Tranggana-kakeknya.
Tak hanya itu, kenyataan lain mulai menimpa saat sang ibu meminta Jai menikahi seorang gadis sebagai syarat hidup jauh dari hiruk-pikuk kota.