"Gadis modern tersesat di era Singhasari, terjebak antara cinta pangeran setia dan raja visioner, sambil menyembunyikan rahasia yang bisa mengubah sejarah."
***
PUSPITA, gadis 16 tahun dari 2025, secara tak terduga terseret ke puncak kejayaan Singhasari (1268 M) melalui batu hijau misterius. Terjebak di istana Raja Kertanegara, ia harus beradaptasi sebagai selir sambil menyembunyikan identitas aslinya.
Dengan pengetahuan modern dan keahlian memasaknya, Puspita tidak sengaja mengubah takhta kerajaan. Hidangannya menyembuhkan Permaisuri, pengetahuannya mempengaruhi kebijakan politik, dan kepolosannya mencuri hati dua pria:
· RADEN ANGGADIPA - pangeran muda yang menyelamatkannya pertama kali, setia tapi terjebak konflik batin
· KERTANEGARA - raja visioner yang terpesona oleh kecerdikan dan keunikan Puspita
Sementara itu, konspirasi berbahaya mengintai. Ken Ratri Suryani, selir senior yang cemburu, berkomplot dengan Jayakatwang dari Kadiri (Gelang-Gelang) untuk menjatuhkan Singhasari. Puspita terjebak dalam intrik istana yang mematikan, sambil berusaha menemukan cara pulang ke masanya.
Ketika pengkhianatan akhirnya terjadi, dia harus kehilangan orang yang dicintainya dalam tragedi.
Di tengah alunan gamelan yang mengalun lirih, di malam sakral kirab budaya Keraton Jayengpura takdir berjalan perlahan, tanpa gegap, tanpa suara. Langkah-langkah para abdi dan prajurit mengiringi arak-arakan, namun di antara gemuruh tradisi, dua jiwa saling menemukan... tanpa pernah berjanji.
Gusti Aryadipa Sasradiningrat Jayengpura X, sang raja muda yang agung, dibesarkan dalam disiplin keraton, tumbuh dalam sunyi pusaka dan tata krama. Ia tidak mudah tersentuh oleh gelak tawa bangsawan muda, tidak mudah tergoyah oleh sanjung pujian.
Namun malam itu... tatapannya terhenti pada satu sosok sederhana yang tak mencoba mencuri perhatian. Hanya seorang gadis yang berdiri diam, tapi membawa aura masa lalu yang menenangkan Gendhis Ayuningrum.
Satu pandangan cukup untuk menggoyahkan dinding batin yang telah ia bangun bertahun-tahun.
Dan sejak malam itu, wajah Gendhis hadir dalam sunyi Arya-seperti bayang lembut yang tak mau pergi, meski tak pernah memaksa untuk tinggal.