By Zhi Tang
Genre: Interstellar, Beast, M-Preg, Transmigrated, Virtual Game
Translator: Emei
Status: Completed
Di abad ke-21, teman superstar Jian Nai ditipu oleh seorang playboy yang menipu secara emosional dan finansial, lalu menghilang, meninggalkan temannya menjadi bahan tertawaan di seluruh industri hiburan
Untuk membalas dendam pada temannya, Jian Nai memutuskan untuk membuat playboy itu membayar atas perbuatannya yang mempermainkan emosi orang lain dan kemudian meninggalkannya!
Jian Nai: "Sayang, aku baru saja pulang kerja, bagaimana denganmu?"
Orang lain: "Baru saja menyelesaikan pertempuran invasi."
Jian Nai: "Sayang, bagaimana kalau aku mulai memasak untukmu? Apa yang kamu suka makan?"
Orang lain: "Larutan nutrisi."
"......"
Setelah berhasil membalas dendam dan membuang pria itu, Jian Nai melontarkan kata-kata perpisahan-hanya untuk menyadari:
Oops, dia salah ID!
Bukan hanya dia menambahkan orang yang salah, tapi orang itu bahkan bukan dari Bumi!
Pada tahun ke-35 Era Galaksi,
Jenderal Lu Zefeng, yang menderita cedera mental, mengikuti nasihat penasihat spiritual negara dan menggunakan permainan yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI). Dalam permainan tersebut, ia bertemu dengan seorang "istri" yang sangat imut.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Jenderal yang tegar itu merasa hatinya berdebar. Terlepas dari planet mana orang tersebut berasal, bahkan jika itu hanya sebuah permainan, ia bertekad untuk mengambilnya dengan serius.
Namun, begitu ia mengaku, pihak lain berkata:
"Haha, aku hanya bercanda denganmu."
"Kamu tidak benar-benar percaya padaku, kan?"
"Jadi, bagaimana rasanya ditipu?"
"......"
Lu Zefeng diam-diam menundukkan pandangannya.
Di mana pedangku?
Review :
Apa yang akan kamu lakukan jika kembali ke umur 18 tahun?
Inilah yang dialami protagonis cerita ini-penyesalan membuat sang tokoh utama hidup dalam pengharapan dan angan yang tak mungkin terwujud.
Plot cerita ini sebenarnya cukup sederhana, bahkan konfliknya pun bisa dibilang pasaran. Namun, hal itu sama sekali tidak membuat cerita ini menjadi buruk. Justru kesederhanaannya memberi ruang bagi pembaca untuk tenggelam dalam rasa.
Sepanjang membaca, aku sering bergumam dalam hati: "Ah, andai aku memiliki sosok 'teman' seperti itu."
Cinta yang tergambar di sini membuatku sedikit iri-cinta yang setara, cinta yang terbalas. Perlakuan manis yang sederhana, tapi begitu tulus. Ya Tuhan, aku juga ingin merasakannya.
Inilah bentuk cinta yang selalu kuinginkan. Tidak perlu hal-hal besar, cukup hal-hal kecil yang dilakukan berulang, yang justru membuat cinta itu tumbuh semakin dalam.
Karena kisah ini berlatar masa remaja, alurnya bergerak cepat dan konfliknya tidak membutuhkan banyak bab untuk selesai. Menurutku, cerita ini sangat cocok dibaca saat waktu luang-ringan, manis, dan meninggalkan jejak hangat di hati.