Axel memenangkan perang. Ia duduk di puncak Morgan Tower, di kursi Kekuasaan Absolut yang terbuat dari perhitungan dan ketidakberpihakan. Ia telah menjadi Sang Raja, persis seperti yang ia rencanakan, demi menciptakan benteng sempurna untuk melindungi Sang Hati Tulus.
Namun, kemenangan ini adalah kekosongan yang dingin.
Setiap triliun yang ia kuasai terasa seperti pecahan kaca; setiap pujian status terasa seperti kutukan sunyi. Karena dia tahu, di suatu tempat di seberang samudra, Vino hidup dengan keyakinan pahit: bahwa Ketulusan-nya telah dikhianati dan kalah oleh Status yang dicintai Axel.
Hingga suatu pagi, di antara debu pasar grosir dan kotoran logistik, Axel melihat Vino lagi.
Vino tidak pergi. Dia tinggal. Memanggul karung, kulitnya mengeras oleh matahari, matanya menyala dengan Martabat Tulus yang menolak semua kekuasaan Axel.
Pada detik itu, Sang Raja menyadari bahwa Perhitungan-nya telah gagal total. Kekuasaan Absolut yang ia raih ternyata tidak mampu membeli hati, bahkan tidak mampu membeli Martabat yang telah ia khianati.
Cerita ini bukan lagi tentang dendam, tetapi tentang penebusan. Akankah Sang Raja melepaskan mahkotanya demi satu pelukan yang tulus?
Emilo mengumpati sebuah novel Klasik yang baru saja dia baca gadgetnya. Cerita klise yang sayangnya tetap bikin penasaran itu berhasil membuat emosi Emilo tak terkendali.
lalu bagaimana ketika dia menjadi bagian dari kehidupan cerita yang dia umpat? akankah Emilo menerima atau mengelak atas apa yang terjadi pada dirinya.
Simak ceritanya... skuy buka!
don't copy!
Jangan berharap banyak.