
Mereka tidak pernah benar-benar saling memiliki, tapi juga tak pernah sanggup melepaskan. Mereka adalah dua jiwa yang tumbuh beriringan-menjadi rumah satu sama lain tanpa pernah sempat tinggal di dalamnya. Di antara canda yang sederhana dan diam yang panjang, ada sesuatu yang tidak pernah mereka ucapkan. Perasaan yang terlalu dalam untuk sekadar disebut 'teman', namun terlalu rapuh untuk disebut 'cinta'. Waktu berjalan, arah hidup menuntun mereka ke dua jalan yang berbeda. Damar Pramudana mengejar masa depan yang menuntut pengorbanan, sementara Kayana Prateesa memilih tinggal, menjaga sisa yang ia cintai dari masa lalu. Mereka saling menunggu tanpa janji, saling mengingat tanpa berani berharap. Hidup membawa mereka hampir bersatu berkali-kali, hanya untuk memisahkan dengan cara yang lebih halus-seolah semesta ingin mereka saling dekat, tapi tidak pernah cukup dekat untuk bersama. Lalu ketika pertemuan akhirnya tiba, keduanya sadar. Beberapa cinta tidak berakhir karena hilang, tapi karena memilih diam di tempat yang tak bisa dijangkau oleh waktu. "Kita nyaris menjadi segalanya," bisik Kayana, "tapi mungkin, memang begini cara semesta menjaga kita-hampir dekat, tapi sempurna terpisah."All Rights Reserved
1 part