Dia baru pulang kerja, ingin segera mandi, makan lalu tidur. Tapi, istrinya malah membawanya ke ruang menonton. Wisnu menoleh kesal kearah Ika.
"Duduk, Mas..."titah istrinya terdengar datar---mendengarnya membuat kening Wisnu sontak mengernyit heran.
Ada apa lagi dengan istrinya?
"Aku capek kalau kamu mau tau, Sayang."ujarnya kesal, tapi pria itu tetap duduk mengikuti titah istrinya... yang saat ini, sial malah menyalakan tivi di depan mereka. Nyaris Wisnu akan kembali protes. Tetapi, tersela oleh desahan dan racauan yang sangat Winsu kenali siapa para pemiliknya. Benar saja, saat Wisnu menatap kearah TV... video pergumulannnya minggu lalu dengan mantan istrinya terpampang membuat wajah Wisnu pucat melihatnya.
"Aku mau cerai, Mas. Kamu sudah berkhianat, selingkuh! Ku kembalikan kau pada mantan istrimu dan anakmu. Masih suka dan cinta pada mantan istrimu, kenapa kalian bercerai dulu?dan lebih bajingan, kenapa malah menyakiti aku seperti ini? Nyesal aku nikah sama kamu!"ucap Ika sinis, menatap pada wajah pucat suaminya yang detik ini, sial. Terlihat sudah tenang dan suaminya....
"Kamu sedang hamil, mana sanggup kamu urus dan besari anakku seorang diri. Lihat, Lita aja masih terus merecoki aku karena urusan anak kami untuk segala hal, sampai kami khilaf, Ika...."
"Jangan samakan aku dengan jalang itu. Kamu lihat aja, Mas. Aku tak akan merepotkanmu bahkan menghubungimu untuk urusan anakku. Ku anggap kau sudah mati!"sela Ika tajam, tegas ucapan suaminya yang saat ini, di sampingnya... masih terlihat sangat tenang. Membuat hati Ika sakit melihatnya. Tangan Ika mengepal erat.
tidak. Ika tau mau berkata lagi, Ika tak mau banyak cincong, lihat saja, walau dalam keadaan hamil, akta cerainya akan segera Ika dapatkan sesegara mungkin.
karena Tak ada pengampunan untuk siapapun pengkhianat dalam hidupnya.
Susan bukan wanita baik, itu anggapan banyak orang. Dia memiliki tato besar di punggung, rambut indahnya yang panjang diwarnai pirang serta pakaian yang dikenakannya selalu seksi dan mengundang mata para lelaki.
Tentunya seorang Susan juga tidak dianggap pantas untuk mendampingi seorang Mayor Ibrahim Subroto.
Susan sadar bahwa dia tidak bisa memaksakan apapun, termasuk untuk bersama Ibrahim dan mendampingi pria itu.