Luka dan Susu Kotak

Kinanti Ayu Pertiwi hanya menginginkan satu hal: menjadi anonim. Setelah bertahun-tahun dibully di sekolah menengah pertama, menghadapi perlakuan kasar dari kakak tiri di rumah, dan trauma mengerikan yang ia dapatkan saat mencoba lari ke rumah bibinya, Kinanti datang ke Sekolah Menengah Atas Nusa Bangsa dengan satu tujuan-bersembunyi.
Ia memilih bangku paling belakang, mencoba menjadi bayangan. Kinanti tahu, sebagai seorang introvert yang pemalu dan kurang percaya diri, itu adalah satu-satunya cara ia bisa selamat.

Namun, takdir tidak pernah membiarkannya tenang.
Di barisan upacara hari pertama, pandangannya yang datar dan sinis tanpa sengaja bertemu dengan mata Risa, si ratu sekolah yang cantik dan bising. Sejak saat itu, Kinanti resmi menjadi sasaran baru circle Risa. Setiap bisikan, setiap dorongan di koridor, mengoyak kembali luka-luka lama, membuat Kinanti merasa dirinya patah dan hancur berkeping-keping.

Di tengah badai perundungan yang menghantamnya, muncul sosok Aldo. Pemuda pendiam dengan mata teduh yang entah bagaimana selalu hadir di momen-momen kecil yang sunyi. Ia tidak banyak bicara, tapi sebotol susu kotak yang tiba-tiba muncul di bangku Kinanti saat ia makan sendirian, atau bantuannya yang tak terucap saat Kinanti terdesak, perlahan menjadi obat penenang yang tak terduga.

Kinanti berada di persimpangan: antara api perundungan yang mengancam menelannya utuh, dan bisikan cinta pertama yang tumbuh dari kebaikan yang tak berisik.

Masa lalu Kinanti yang kelam telah meramalnya: ia akan dipatahkan, namun juga akan disatukan kembali.

Mampukah Kinanti bertahan di medan perang yang penuh luka ini, dan apakah cinta yang baru bersemi ini cukup kuat untuk menyembuhkan trauma yang telah mengakar dalam jiwanya?

Tagline Pilihan:
"Beberapa luka disembuhkan, bukan oleh kata-kata, tapi oleh kebaikan yang tak bersuara."
"Di balik seragam biru yang polos, tersimpan kisah tentang patah hati yang pertama, dan cinta yang pertama."