
Rumah yang Tak berbentuk rumah Aku anak yang tumbuh di tempat yang mereka sering sebut itu rumah, tetapi tak pernah merasa seperti itu. Dindingnya terasa dingin, suaranya sangat keras dan setiap langkah di dalam nya terasa seperti ada yang berjalan di atas pecahan kaca. Papaku tak pernah bicara tanpa teriakan, mamaku tak pernah menatap tanpa air mata. Dan aku.... sudah terbiasa menjadi diam. Diam karena kalau aku berbicara,aku selalu dianggap salah. Setiap malam aku menutup telinga,berharap suara pintu dibanting, berharap semuanya bisa tenang walaupun itu cuma sebentar. Tapi pagi selalu datang dengan pertengkaran baru, dan aku kembali memainkan peran anak yang baik anak yang pura-pura tidak hancur. Mereka bilang rumah adalah tempat pulang, tapi bagiku rumah hanyalah tempat aku belajar bagaimana rasanya takut, Karena rumah bagiku.....Rumah yang tak berbentuk rumah. Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai berhenti berharap rumah ini berubah. Mungkin sejak melihat buna yang mulai kelihatan matanya bengkak, atau sejak papah marah-marah tapi ini pertama kali aku melihat papah marah. Sejak itu aku berpikir rumah itu bukan berbentuk bangunan saja tetapi rumah itu bisa jadi orang yang kita sayang. Aku tumbuh tanpa tahu bagaimana rasanya di peluk atau di panggil sayang tanpa adanya nada rasa marah. Setiap kali aku aku bercermin, aku melihat anak yang bahkan dirinya tak yakin untuk mendapatkan kasih sayang orang tua.All Rights Reserved
1 part