Haening Anindya bukan gadis yang suka keramaian. Ia lebih nyaman dengan buku, musik pelan, dan langit sore yang tenang. Hidupnya berjalan datar-tanpa warna, tanpa tawa-sejak kejadian yang membuatnya menutup diri dari dunia. Sampai seorang siswa datang ia bernama Harsa Bumantara yang muncul di hidupnya seperti badai yang membawa cahaya.
Harsa adalah kebalikan dari segalanya yang dimiliki Haening. Ramai, usil, sok tahu, tapi entah kenapa selalu berhasil membuat orang lain tersenyum. Ia sering menggoda Haening hanya untuk melihat gadis itu marah-atau setidaknya bicara. Di balik sifat jail dan tengilnya, Harsa ternyata punya sisi lembut yang tak banyak orang tahu: ia perhatian, sabar, dan tahu bagaimana menenangkan hati orang lain tanpa harus banyak bicara.
Hari demi hari, Haening mulai terbiasa dengan kehadiran Harsa. Tawa mereka jadi hal baru yang mengisi ruang sepi di antara dua hati yang saling belajar memahami. Harsa bukan sekadar teman, tapi pelangi setelah hujan panjang dalam hidup Haening.
Namun kebahagiaan itu tak bertahan lama. Ketika Haening mulai berani membuka hatinya, takdir malah mempermainkan mereka. Harsa menyembunyikan sesuatu-rahasia yang perlahan membawa cerita ini menuju akhir yang tak pernah Haening bayangkan.
Sampai akhirnya, ia harus belajar melepaskan satu-satunya orang yang berhasil membuatnya hidup kembali.
Dan di bawah langit senja yang sama, Haening menyadari... beberapa orang datang bukan untuk tinggal selamanya, tapi untuk mengajarkan bagaimana cara mencintai, dan bagaimana bertahan saat kehilangan.