Rumah. Bagi sebagian orang, kata itu mungkin hanya merujuk pada sebuah bangunan dengan dinding dan atap. Namun, bagi Saka, rumah jauh melampaui definisi fisik. Rumah adalah sebuah konsep abstrak yang terangkai dari tujuh warna pelangi yang saling melengkapi, menciptakan harmoni yang menghangatkan jiwa.
Rumah adalah tawa yang meledak, mengisi setiap sudut dengan kebahagiaan yang menular. Rumah adalah riuh rendah suara di pagi hari, ketika semuanya bergegas memulai hari dengan semangat yang membara. Rumah juga tentang celotehan tidak jelas, cerita-cerita polos yang menghibur dan membuat hati tersenyum. Rumah adalah tempat di mana setiap kata, setiap suara, memiliki makna tersendiri.
Namun, rumah juga tidak selalu tentang kebahagiaan. Terkadang, ada pertengkaran kecil di malam hari, perbedaan pendapat yang memicu emosi. Namun, justru di saat-saat seperti itulah, rumah menjadi tempat untuk belajar memahami, memaafkan, dan menerima perbedaan. Karena pada akhirnya, rumah adalah tempat di mana kita selalu bisa kembali, tempat di mana kita diterima apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangan.
Rumah bagi Saka adalah tempat di mana hati berlabuh, tempat di mana cinta tumbuh dan berkembang, tempat di mana kenangan diukir dan disimpan selamanya. Rumah adalah segalanya.
𝄞