Fajar Haryanto adalah seorang jenius. Di Sekolah Darmawangsa, ia adalah idola, siswa sempurna dengan IPK tertinggi, dan kebanggaan sekolah. Namun, di balik senyum sempurna itu, Fajar menyembunyikan neraka: bertahun-tahun kekerasan fisik dan emosional dari ayahnya yang kejam, Haryanto, yang terobsesi dengan kesempurnaan dan uang kiriman mantan istrinya.
Demi bertahan, Fajar memilih untuk tidak pernah melawan. Ia memendam setiap rasa sakit, setiap ketakutan, setiap pukulan. Ia menangis tanpa suara, menjadikan keheningan sebagai satu-satunya tameng.
Segalanya runtuh ketika Fajar difitnah mencuri uang kas oleh Agus, putra Kepala Sekolah, yang iri dengan kesempurnaannya. Fajar disudutkan oleh seluruh sekolah, dan yang terburuk, ia dipukuli Ayahnya sendiri hingga mengalami keruntuhan mental.
Andi, sahabat Fajar, kembali dari pertandingan basket dan menemukan Fajar di ambang kehancuran. Bersama Risa, ibu kandung Fajar yang kembali dari luar negeri, Andi memulai pertarungan melawan kekuasaan Ayah Fajar dan kebohongan Agus.
Mereka meraih kemenangan hukum yang manis: Ayah Fajar dipenjara, Agus dan ayahnya jatuh dari kekuasaan.
Namun, kemenangan itu harus dibayar dengan harga yang mahal: Fajar terbaring koma karena trauma fisik yang parah, dan ia tidak pernah sadar lagi. Fajar pergi, meninggalkan keadilan yang dingin dan janji tak terucapkan kepada Andi untuk menjadi Suara bagi Tangisan Tanpa Suara-nya.
Inilah kisah tentang kehancuran seorang jenius di bawah tuntutan kesempurnaan, persahabatan sejati yang menjadi pendorong keadilan, dan bagaimana kematian tragis satu orang mampu membongkar korupsi moral dan menjadi Warisan Tanpa Suara yang menyelamatkan ratusan jiwa.
Apakah kebenaran dan keadilan sebanding dengan harga sebuah nyawa yang hilang?
Mikhail namanya, karena masalah kesehatan dan alasan lainnya dia di bawa ke China oleh kakek dan nenek dari pihak ibu untuk berobat di sana meninggalkan negara kelahirannya. Sampai saat usianya 10 tahun, dia kembali ke Rusia dan bertemu keluarganya yang menurutnya menyeramkan.
Bagaimana Mikhail betah jika ekspresi mereka mirip lantai marmer di rumahnya yang ada di China? Datar, dingin dan tajam.