Rainfall In August

Di bawah langit Agustus, mereka bertemu. Bukan karena waktu yang tepat, tapi karena semesta mengizinkan dua cahaya berbeda untuk saling menatap.
Ia, Sagara Lintang, bintang yang menyimpan samudra di dadanya; diam, luas, dan sulit ditebak.
Dan dia, Alearain Cahya, hujan yang membawa sinar lembut dari pagi hari; hangat, tapi tak pernah benar-benar bisa disentuh.

Mereka saling memahami tanpa banyak kata.
Dalam tatap singkat, dalam diam panjang, cinta tumbuh. Bukan dalam bentuk yang gegas, tapi dalam bisikan lembut yang tak pernah berani disuarakan.
Antara mereka, waktu berjalan pelan, seolah menunggu keberanian yang tak kunjung datang.

Ada jarak yang tak begitu jauh, namun tak juga bisa ditempuh.
Mungkin karena mereka tahu: beberapa perasaan diciptakan bukan untuk dimiliki,
melainkan untuk dikenang, seperti cahaya yang hanya bisa dilihat, bukan digenggam.

Dan begitu saja, hari-hari mereka terus berputar...
di antara langit yang selalu biru, hujan yang selalu datang,
dan cinta yang selalu ada, tapi tak pernah benar-benar sampai.