Di arc Gur'latan, saat BoBoiBoy dan teman-temannya berhadapan dengan Kirana untuk merebut kembali Element Halilintar, sebuah insiden tak terduga terjadi. Benturan kekuatan antara BoBoiBoy dan Kirana memicu ledakan energi yang tak dapat dikendalikan. Pedang Kirana-yang menjadi wadah sementara bagi Halilintar-retak, lalu pecah berkeping-keping, membuat elemen itu tampak hancur di depan mata mereka.
Dalam keterkejutan itu, tidak satu pun dari mereka sempat bereaksi. Serpihan-serpihan Halilintar melayang perlahan, memudar bagai debu bercahaya di udara sebelum akhirnya hilang sepenuhnya. BoBoiBoy dan teman-temannya, begitu juga Kirana, hanya mampu menyaksikan tanpa daya. Mereka pun menyimpulkan bahwa elemen Halilintar telah musnah akibat benturan dahsyat tersebut.
Namun kenyataan berkata lain.
Di detik-detik terakhir sebelum menghilang, jiwa Halilintar justru melarikan diri dari kehancuran. Ia menembus celah tipis ruang-waktu dan berpindah ke sebuah dimensi yang sama sekali berbeda-dimensi yang menjadi kebalikan dari tempat asalnya. Tidak ada TAPOPS. Tidak ada Power Sphera. Tidak ada alien, pertarungan, atau kekuatan elemental.
Sebuah dunia biasa.
Terlempar ke realitas yang sunyi dan tanpa energi, Halilintar kini harus memulai kembali keberadaannya dari nol. Tanpa kekuatan, tanpa bentuk tetap, tanpa BoBoiBoy.
Bagaimana Elemen Halilintar bertahan di dunia baru yang tidak mengenal petir, tidak mengenal pertempuran, bahkan tidak mengenal dirinya? Dan apakah ia dapat menemukan jalan untuk kembali?