•TULISAN INI ADA BUKAN UNTUK DIGUNAKAN (DISALIN, DIPAKAI ULANG DENGAN NAMA TOKOH BARU, DIPARAFRASE ..., DSB) HANYA DEMI KEPENTINGAN PRIBADI. MOHON BIJAK DALAM BERTINDAK!•
Haidar. Namanya tertulis resmi sebagai anggota keluarga Garlon-"adik" Alana, ibu dari Jilisha. Namun usianya yang hanya terpaut sepuluh tahun dari Jilisha membuat posisi Haidar abu-abu. Secara formal, dia memang keluarga. Tapi secara batin... mereka memiliki ikatan yang lebih dalam.
Bagi Haidar, mencintai Jilisha adalah sebuah "dosa" yang tak berniat ia bersihkan.
Para pelayan di rumah menyebutnya "Tuan Muda" tapi alih-alih merasa berkuasa, ia malah merasa hidup sebagai "penumpang". Baginya, semua yang diberikan Alana-pakaian, kendaraan, uang, ..., sampai makanan adalah hutang yang harus dibayar.
Kesimpulan itu menjadikannya takut jika suatu saat nanti, perasaannya kepada Jilisha akan terlihat 'hina', seperti memanfaatkan keluarga yang sudah merawatnya.
Dia ingin mencintai dengan normal tanpa dianggap melanggar norma. Akhirnya, dia memilih meninggalkan nama Garlon agar gadis itu tidak terseret ke dalam "label kotor" di mata orang banyak dan agar beban di pundaknya lepas.
Jilisha sendiri belum paham bahwa rasa yang miliki untuk Haidar bukan sekadar sayang antar keluarga. Baginya, Haidar adalah tempat pulang, tempat paling aman, sosok yang selalu ada tiap dia rapuh.
Dia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Haidar, tapi dia juga tidak mengerti kalau itu cinta. Karena itu, ketika Haidar tiba-tiba memutuskan pergi, rasanya seperti sebuah pengkhianatan yang tak bisa ia terima.
FOLLOW DULU SEBELUM BACA 🥰
Di bawah langit malam yang sepi, seorang balita kecil menatap bulan dengan mata basah. Wajah putihnya tertutupi debu jalanan, mata jernihnya menatap cahaya rembulan.
.
"Aila nda minta di lahilkan..." bisiknya lirih.
.
"Aila ingin punya olang tua... tenapa hanya Aila yang nda punya olang tua..."
______
Hanya suara hati yang terdengar, tenggelam di antara dinginnya malam dan bintang yang bertaburan.
.
Ketika sebuah bintang jatuh melintasi langit, Aila menutup mata kecilnya rapat-rapat.
.
Mungkinkah harapannya terkabul-mendapatkan sebuah pelukan hangat dan sepasang orang tua yang bisa menyebut namanya?
.
Atau justru takdir kembali menguji balita kecil itu dengan kesepian yang lebih dalam?