Melodi Anasya-siswi kelas 11 yang ceria, rajin, dan penuh ambisi-tak pernah menyangka hidupnya akan berubah hanya karena satu tatapan di pagi pertama tahun ajaran baru. Meski sudah lama seangkatan, ia tak pernah benar-benar memperhatikan Baskara Anantara, wakil ketua OSIS yang terkenal dingin, galak, dan anti dekat dengan perempuan.
Baskara selalu menjaga jarak.
Tidak pernah tersenyum.
Tidak pernah membiarkan siapa pun menyentuh ruang pribadinya.
Namun semuanya bergeser ketika Melodi tanpa sengaja mulai masuk ke dunianya-melalui rapat OSIS, tugas proyek, hingga momen-momen kecil yang membuat batas dingin itu retak perlahan.
Melodi bingung:
Mengapa tatapan Baskara berubah setiap kali ia hadir?
Mengapa sikap dinginnya melembut hanya padanya?
Dan... apa alasan di balik ketidaksukaannya pada perempuan?
Di balik jarak yang Baskara ciptakan, ada cerita lama yang belum pernah ia bagi kepada siapa pun. Dan entah bagaimana, Melodi menjadi orang pertama yang berhasil mengetuk pintu itu-meski ia tidak pernah memintanya.
Di antara kesibukan OSIS, persiapan acara sekolah, persahabatan, dan gejolak remaja, keduanya menemukan bahwa cinta kadang datang bukan melalui kata-kata manis...
melainkan dari keberanian untuk masuk ke hati yang dingin.
Karena tidak semua yang dingin ingin menjauh.
Kadang, ia hanya menunggu orang yang tepat untuk menghangatkannya.
Karina terbangun menjadi ibu protagonis dan antagonis sekaligus.
Untungnya, ia terbangun di tubuh wanita muda nan kaya-raya dan sebelum alur novel dimulai, yaitu pada saat protagonis berusia 5 tahun.