"Langit... kamu lebih suka senja atau pagi?"
tanya Biru pelan, seperti takut mengganggu keindahan sore itu.
Kepalanya masih bersandar di lengan Langit, sementara angin laut menyapu pelan rambut mereka.
Langit menunduk sedikit, matanya jatuh pada wajah Biru yang diterangi cahaya jingga.
Tatapan itu lembut... seperti ia sedang melihat sesuatu yang ingin ia simpan lama-lama.
"Aku suka senja," ucap Langit dengan suara selembut riak ombak.
Ia menatap garis cakrawala, lalu kembali menatap Biru-lebih lama, lebih dalam.
"Pagi... kadang terlalu terang.
Malam... kadang terlalu sunyi.
Tapi senja?"
Ia tersenyum kecil, senyum yang sehangat cahaya oranye di pipi Biru.
"Senja ada di tengah-tengah... seperti ia sengaja memilih menjadi tempat istirahat untuk siapapun yang sedang lelah."
Angin membawa aroma laut yang lembut.
Suara ombak seolah ikut mengiringi kata-katanya.
"Dan mungkin..." Langit menambahkan, kali ini suaranya nyaris seperti bisikan,
"aku suka senja karena... dia mirip sama kamu, Biru."
Biru terdiam, dadanya berdebar pelan.
"Tenang... hangat... dan selalu berhasil membuat aku lupa kalau dunia bisa seribet itu."
Langit terkekeh kecil.
"Kalau hari ini berat, senja hadir.
Kalau hatiku rame... senja pelan-pelan meredam."
Tatapannya kembali jatuh pada Biru perlahan, penuh rasa.
"Jadi mungkin... aku memilih senja,
karena di antara semua waktu yang ada,
dia yang paling bisa membuat hati aku merasa... pulang."
Biru mengerjap, napasnya tercekat sebentar.
Suasana pantai, angin, ombak, senja... semuanya tiba-tiba terasa jauh lebih lembut,
karena Langit baru saja jujur dengan cara paling manis.
Nala, 24 tahun. Gadis manis asli Jawa yang hidup sendirian di rumah sederhana dekat tempatnya bekerja. Gadis yang ramah dan mudah bersosialisasi dengan teman kerjanya. Semua berjalan baik seperti biasa, sampai Dia menyadari, ada sosok yang mulai memperhatikannya dalam diam. Sosok yang tidak pernah Nala bayangkan, akan sedalam ini menaruh atensi padanya.
Begitupun dengan lelaki dewasa usia 32 tahun ini. Namanya Sada, orangnya diam, diam yang benar-benar pendiam. Gak suka nyinyir, tenang, kalem, gentle men dan berwibawa. Membuat orang yang melihatnya segan. Siapa yang tahu, lelaki se datar ini bakal jatuh hati pada cewek cheerfull dan friendly seperti Nala? Sampai sahabatnya, Brian tidak percaya fakta ini.
Seperti apa kisah Gen Z x Gen Millenial ini? Terlalu banyak perbedaan diantara mereka. Apakah Sada, om-om loyal tapi pendiam ini dapat mendobrak hati seorang Nala, si gadis manis penuh ekspresi?
Starting with Park Sungjin as Sadana Pradipta and Nala Lesthia