Kiara Anindya. Kerap dipanggil Ara merupakan seorang perangkai diksi yang jiwanya terbuat dari rima dan metafora. Pemilik rahasia terbesar. Sebuah bakat menulis yang menggetarkan. Ia hidup di antara serpihan memori masa lalu yang traumatis, beban kecemasan yang mendalam, dan keheningan dingin dari palang pintu keluarga yang retak. Pena adalah satu-satunya pelabuhan, namun kini, gelombang mulai merenggut jangkarnya.
Perlahan, sunyi menyergap di relung ingatannya. Diagnosis Alzheimer dini laksana pedang dingin yang membelah senja, mengancam untuk menelan semua kata yang pernah ia cintai.
Pada titik nadir kepudaran ini, Ara menemukan suaka pada Ren Baskara Nada.
Ren-Sang arsitek bunyi, yang tangan ajaibnya mampu menenun nada dan irama, adalah cermin bagi jiwa Ara yang merana. Ia adalah melodi yang mengisi kebisuan yang perlahan meliputi kekasihnya. Kisah kasih mereka terbentang di atas kawat tipis, diuji oleh erosi memori, pusaran intrik sekolah dan pertemanan, serta bayang-bayang tuntutan hidup yang tak kunjung padam. Ara berpacu melawan waktu, menuangkan segala sisa kesadaran ke dalam tinta, seolah setiap aksara adalah helaan napas terakhir. Ren, dengan kesabaran seorang wali, berjuang menjaga percikan waras Ara agar tidak padam.
Dalam sebuah upaya suci untuk membekukan waktu, Ren menyulam semua tulisan Ara ke dalam sebentuk album musik kecil. Bukan sekadar rekaman, melainkan sebuah katedral bunyi yang dibangun dari cinta dan kehilangan, sebuah sumpah abadi untuk melestarikan jiwa Ara. Album itu adalah relik suci, sebuah epitaf senja yang membisikkan bahwa cinta mereka, walau tidak abadi dalam ingatan fisik Ara, akan tetap mengalun dalam harmoni yang diciptakan bersama-sebuah warisan abadi yang menolak untuk dilupakan oleh dunia.
Mikhail namanya, karena masalah kesehatan dan alasan lainnya dia di bawa ke China oleh kakek dan nenek dari pihak ibu untuk berobat di sana meninggalkan negara kelahirannya. Sampai saat usianya 10 tahun, dia kembali ke Rusia dan bertemu keluarganya.
Mikhail itu hanyalah bocah polos yang percaya satu hal. Jika setiap orang, bahkan yang paling menakutkan sekalipun, pasti kesepian jika tidak punya teman.
"Mama... Mikhail di sini."