Story cover for how can we become together? by thalasso232
how can we become together?
  • WpView
    Reads 705
  • WpVote
    Votes 43
  • WpPart
    Parts 10
  • WpView
    Reads 705
  • WpVote
    Votes 43
  • WpPart
    Parts 10
Ongoing, First published Nov 20
Mature
"Rafa, ayo pacaran!"

     Ada keheningan panjang yang membuat jantung Lala terasa akan meledak.
     
     "Plis, tolong banget, jangan gantungin gue lama-lama. Langsung tolak juga nggak pa-pa. ASLI, gue cuma kalah taruhan sama temen-temen gue di kantin tadi. Kaki gue udah lemes banget diliatin banyak orang kayak gini, gue udah siap buat pura-pura nangis dan kabur!" Rapal Lala dengan suara lirih sedetik sebelum jawaban itu mengudara seiring dengan kekehan pelannya.

     "Ayo,"

     Lala tahu kalau dia baru saja memasukan diri ke kandang anjing gila ketika senyuman lelaki kejam itu langsung menyapa begitu ia membuka mata. Begitupula lesung pipinya.

     Pertaruhan konyol ini berakhir di luar kendalinya dan sorakan semua orang yang menonton mereka adalah bumerang baginya.

      "Ayo pacaran, La."
All Rights Reserved
Sign up to add how can we become together? to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 7
Baby Aira cover
Choice cover
Heavenly Sin 🔞 cover
Mantan 21+ cover
FRIEND (REALLY?) cover
LITTLE WIFE  cover
Bonheur cover

Baby Aira

41 parts Complete

FOLLOW DULU SEBELUM BACA 🥰 Di bawah langit malam yang sepi, seorang balita kecil menatap bulan dengan mata basah. Wajah putihnya tertutupi debu jalanan, mata jernihnya menatap cahaya rembulan. . "Aila nda minta di lahilkan..." bisiknya lirih. . "Aila ingin punya olang tua... tenapa hanya Aila yang nda punya olang tua..." ______ Hanya suara hati yang terdengar, tenggelam di antara dinginnya malam dan bintang yang bertaburan. . Ketika sebuah bintang jatuh melintasi langit, Aila menutup mata kecilnya rapat-rapat. . Mungkinkah harapannya terkabul-mendapatkan sebuah pelukan hangat dan sepasang orang tua yang bisa menyebut namanya? . Atau justru takdir kembali menguji balita kecil itu dengan kesepian yang lebih dalam?