Tiga garis kehidupan.
Satu, sahabat masa kecil yang selalu ada, yang ngerti tiap perubahan kecil di wajahmu.
Satu lagi, orang misterius yang hadir tanpa banyak bicara, tapi selalu bikin penasaran.
Dan satu garis lagi... kamu sendiri, yang mencoba tetap kuat meski hati kadang kacau, dan rahasia lama terus menghantui.
Di dunia yang terlihat biasa-biasa aja, tiga garis ini mulai saling bersinggungan. Ada tawa, ada candaan ringan, tapi juga ada rasa takut yang nggak bisa dihindari. Setiap langkah, setiap kata, setiap tatapan... mengikat mereka lebih erat, tanpa bisa mundur.
Di antara piano, kata-kata yang tak terucap, dan layar laptop yang penuh rahasia, mereka belajar satu hal:
bahwa perasaan nggak pernah lurus, dan persahabatan kadang bisa jadi medan perang yang paling rumit.
Tiga garis. Saling menyentuh. Saling menantang. Saling melengkapi.
Dan ini... baru permulaan.
FOLLOW DULU CINTAH
Bagaimana jika seorang remaja transmigrasi ke tubuh seorang duda anak satu?
Yang mana anaknya seumuran dengannya.
Erlan ketua geng yang hobby tauran, suka membully, hingga ia dibunuh oleh salah satu korban bully nya, bukannya ke alam baka, ia malah transmigrasi ke seorang duda anak satu.
Gerlan, duda yang berusia 37 tahun, ia membenci anaknya, hingga anaknya juga
membenci dirinya.
Abian, bocah bebal keras kepala, seperti cerminan jiwa Erlan.
Gerlan waktu seumuran Abian sungguh nakal, hingga karna kenakalannya hadirlah Abian.
Sekarang, Gerlan harus menghadapi anaknya yang lebih parah dari dirinya waktu muda.
Tapi ini Erlan bukan Gerlan. Bocah nakal yang harus merawat bocah bebal.
"Gue... Benaran punya... Anak?"
.
.