
Tak hanya di rumah, sekolah pun menjadi tempat terburuk bagi Luka Elvano Arsya. Bocah itu tumbuh bukan hanya dengan tangis, tapi juga dengan cemoohan yang tak pernah berhenti memanggilnya "aneh", "tak berguna", dan "beban". Bukan karena ia berbeda, melainkan karena mereka tak pernah mencoba memahami caranya bertahan. Di setiap sudut hidupnya, Luka belajar bahwa dunia terlalu ramai untuk mendengar, namun terlalu sunyi untuk menolong. Ia mulai percaya bahwa menyimpan rasa sakit jauh lebih aman daripada berharap pada siapa pun. Karena jika rumah tak memberi perlindungan, dan sekolah tak memberi kedamaian, lalu di mana tempat paling aman untuk seorang Luka yang hanya ingin dimengerti sebentar saja?All Rights Reserved
1 part