Naruto tumbuh dalam keluarga yang tidak pernah memandangnya-hanya menuntut, mengabaikan, dan menciptakan luka yang membentuk pola: freeze, insomnia, hypervigilance.
Di kota pantai yang selalu diguyur hujan, ia hidup pelan-pelan, sendirian, tertutup,
hingga sosok Sasuke-tenang, dewasa, dan stabil-datang seperti jangkar yang tidak pernah ia tahu ia butuhkan.
Hubungan mereka dibangun dari percakapan-percakapan kecil, jarak tubuh yang terlalu dekat, dan sentuhan-sentuhan yang Naruto pelajari ulang dengan takut namun ingin.
Tidak ada paksaan, tidak ada penyelamatan cepat-hanya dua laki-laki dewasa yang bergerak perlahan, saling memberi ruang, saling memilih.
Ketika Naruto akhirnya menyerahkan dirinya sepenuhnya-dengan trauma yang masih bergetar namun dengan kepercayaan yang tidak lagi rapuh-Sasuke membuktikan bahwa cinta bukan tentang memperbaiki seseorang.
Cinta adalah menunggu, menerima, dan tetap tinggal ketika tubuh gemetar tetapi hati ingin melangkah.
Ini adalah cerita tentang healing, intimacy yang lembut, keinginan yang matang, dan keberanian untuk mencintai sebagai diri sendiri.
Bukan cerita tentang "menyelamatkan".
Ini cerita tentang dipilih, tentang percaya,
dan tentang dua laki-laki yang belajar menjadi rumah bagi satu sama lain.
Bagaimana jadinya jika seorang Dewi Rubah bereinkarnasi menjadi seorang wanita muda yang dicap sebagai sampah desa? Berbeda dengan kehidupan masa lalunya yang banyak dipuja dan dihormati oleh banyak orang, Dewi Naruko harus menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya yang suram.
Di duninya yang baru orang-orang memanggilnya Naruto si Pecundang. Pemilik tubuhnya sekarang hanya seorang petarung yang menjadi beban untuk timnya. Selain mengejar-ngejar cinta Sasuke, sepertinya tidak ada hal lain yang bisa dilakukan oleh Naruto. Perubahan sikapnya setelah tersadar dari koma tentu menjadi buah bibir penduduk Desa Konoha, terlebih saat wanita itu dinyatakan lulus ujian Anbu.
Di sisi lain, Sasuke merasakan sesuatu yang berbeda dari rekan satu timnya ini. Sekarang, tidak ada lagi sosok wanita berambut pirang yang selalu mengiriminya surat-surat cinta. Tidak ada lagi wanita yang secara terang-terangan mengatakan mencintainya bahkan rela mempermalukan dirinya sendiri di depan umum.
Sasuke merasa bingung. Dia tidak tahu harus menyikapi sosok Naruto yang berbeda ini seperti apa?